News

Jumat, 18 Maret 2022

Maret 18, 2022

CBL CBL CBL!!! Capek Banget Loch!

   


Semua yang sudah berjalan di muka bumi ini, tentunya tak luput dari kehendak Allah SWT. Allah telah merencanakan semua yang akan terjadi bumi ini. Kapan kita lahir, kapan hari akan hujan, kapan kita bertemu dengan jodoh kita atau bahkan kapan tepatnya kita akan menemui ajal. Sebagaimana dalam firman Allah:

مَاۤ اَصَابَ مِنۡ مُّصِيۡبَةٍ فِى الۡاَرۡضِ وَلَا فِىۡۤ اَنۡفُسِكُمۡ اِلَّا فِىۡ كِتٰبٍ مِّنۡ قَبۡلِ اَنۡ نَّبۡـرَاَهَا ؕ اِنَّ ذٰ لِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيۡرٌۚ

Artinya : Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. (Al-Quran Surat Al-Hadid ayat 22).

Maka kitapun harus percaya bahwa semua hal yang terjadi dalam hidup kita sudah direncanakan oleh Allah. Kita juga harus yakin bahwa semua rencana Allah itu baik untuk kita, khusnudzon billah dulu lah ya. Entah itu qodar nikmat, cobaan, musibah, ataupun qodar salah semua itu pasti terjadi dalam hidup kita. Ketika beberapa hal diatas terjadi maka kita supaya yakin dan percaya bahwa semua itu pasti ada hikmah atau pelajaran yang bisa kita ambil.
Masa-masa seseorang menuju dewasa bukanlah masa yang mudah untuk dilewati pasti banyak kesulitan yang terjadi dan bahkan berat untuk dihadapi. Tiap malam selalu overthinking, ragu-ragu ketika akan melangkah mengambil keputusan, banyak pertimbangan, banyak perhitungan, dan masih banyak lagi problem ala generasi Z ini. Tapi jika kita terus-menerus larut dalam lingkaran itu maka ya kita akan tetap berada dipijakan yang sama. Jangan ragu dan takut untuk melangkah, mengambil kesempatan yang datang. Yakin dengan diri sendiri dan jangan takut untuk gagal, karena kegagalan itu wajar dan justru bisa jadi pelajaran berharga lho.
Dimasa-masa tersebut pasti kita juga sibuk merancang masa depan seperti apa yang nantinya ingin kita jalani. Mulai membuat list goals di papan, tembok kamar atau di buku catatan. Ada yang sudah disibukkan dengan skripsian, magang di perusahaan, kirim cv sana-sini, nungguin panggilan wawancara, mulai ikut kursus-kursus atau juga lagi menunggu giliran berangkat tes kdr-kts. 
Apapun itu yang sedang menyibukkan hari-harimu, yang memberatkan pundakmu, yang menahan langkah kakimu, sabar ya, tetap semangat menjalani proses kehidupan orang-orang "dewasa" ini. Boleh capek, mengeluh atau kalau mau nangis juga boleh tapi harus ada batas waktunya ya, habis itu lanjut berproses lagi. Terus berjuang dan berusaha meraih mimpi-mimpimu, perjuangkan sesuatu yang memang harus diperjuangkan.Sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW :

رواه ابن ماجةأَجْمِلُوا فِى طَلَبِ الدُّنْيَا فَإِنَّ كُلاًّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ.

Artinya : Kalian memperbaikilah didalam mencari dunia sebab setiap manusia akan dimudahkan terhadap apa-apa yang diciptakan untuknya.
Satu yang harus kita ingat, sebanyak apapun kita berharap, sekeras apapun kita berusaha atau sesering apapun kita mencoba ada kuasa Allah yang lebih utama. Kalau Allah menghendaki kita mendapatkannya maka ya sesuatu itu akan datang pada kita. Sebaliknya sepayah apapun usaha yang kita lakukan, kalau Allah tidak berkehendak memberikannya maka tentu kita tidak akan bisa berbuat apa-apa. 
Disamping usaha kita dari pagi hingga sore harus ada penyeimbangnya, yaitu doa, minta kepada Allah bahwa semua usaha yang sudah kita lakukan agar mengantarkan kita pada tujuan atau pada sesuatu yang baik untuk kita. Setelah semua itu lalu apa? Bertawakkal pada Allah, serahkan semua pada Sang Pemilik Langit, Bumi dan Seluruh Isinya. Pasrahkan semuanya kepada Allah bahwa Allah akan memberikan yang benar-benar baik dan barakah untuk kita.

Jika salah satu dari kalian gemar membaca buku-buku pengembangan diri masih ingatkah kutipan yang ada di buku NKCTHI?, "Sabar, satu-persatu". Jadi Sabar yaa, Setiap bunga memiliki waktu mekar yang berbeda-beda, setiap orang juga punya titik kesuksesan diwaktu yang berbeda-beda pula. Jangan khawatir jika temanmu sudah sampai di puncak sedang kamu masih di tengah bebatuan. Jangan sedih jika kamu membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama untuk sampai puncak. Bebanmu mungkin lebih berat dan keinginanmu mungkin lebih banyak, Fokus aja untuk menambah coretan goals di papan mimpimu atau di tembok kamarmu atau mungkin di buku catatanmu. Pastikan semuanya sudah tercoret "Done".

Senin, 28 September 2020

September 28, 2020

Sabar Itu Tidak Ada Batasanya

“Udah sabar aja” 

Ungkapan ini begitu sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Apakah memang benar adanya jika kesabaran itu ada batasnya?. 

Sabar Itu Tidak Ada Batasanya

Sabar berasal dari Bahasa Arab Shabr, bentuk masdar dari kata kerja shabara-yashbiru yang artinya, ketabahan, ketahanan diri, daya tahan.

Sekarang mari kita renungkan dari arti katanya sabar yang berarti ketabahan, misalnya saya katakan "Saya sabar menghadapi musibah." Kalimat ini bermakna bahwa saya tabah menghadapi ujian, nah saat saya mengeluh, putus asa akibat musibah berarti saya sudah tidak tabah lagi, itu artinya saya tidak sabar.

Selanjutnya kita mari memahami makna sabar yang berarti ketahanan diri atau daya tahan. Misalnya, Ahmat Firdaus memiliki daya tahan tubuh yang hebat sehingga tidak terkena penyakit. Saat Ahmat Firdaus menderita sakit maka saat itu pula dapat dikatakan bahwa Ahmat Firdaus tidak memiliki daya tahan tubuh yang hebat.

Sedangkan menurut istilah syari'at sabar artinya: Menahan lisan dari mengeluh, menahan hati dari marah dan menahan anggota badan dari menampakkan kemarahan dengan cara merobek-robek sesuatu dan tindakan lain semacamnya.

Sementara bila kita lihat makna sabar menurut istiah syariat menahan lisan dari mengeluh, menahan hati dari marah dan menahan anggota badan dari menampakkan kemarahan dengan cara merobek-robek sesuatu, memukul/ menggebrak sesuatu, atau memecahkan sesuatu misalnya gelas atau piring.

Nah saat kita tidak bisa menahan lisan dari berkeluh kesah, tidak bisa menahan hati dari marah, tidak bisa menahan anggota badan dari menampakkan perilaku yang menandakan kemarahan, maka saat itu tidak bisa dikatakan bahwa kita ini sabar.

Lantas apanya yang terbatas kalau begitu, yang terbatas adalah kemampuan kita untuk bersabar, itu yang betul. Bukan sabarnya yang terbatas, karena sabar memang tidak memiliki batas, sebab jika terbatas bukan sabar namanya. Saat sabar ada batasnya, maka saat ia melewati batas maka akan menghilangkan hakikat makna sabar itu sendiri.

Apalagi kalau dikaitkan dengan macam-macam sabar, ada sabar dalam ketaatan, sabar dalam menjauhi maksiat, sabar dalam menghadapi musibah.

Saat tidak menjalankan ketaatan bisa dikatakan orang tersebut tidak sabar, sebab ia tidak mampu bertahan atau tidak mampu menahan dirinya untuk selalu berada dalam ketaatan. Ketika seseorang berbuat maksiat kepada Allah, bisa dikatakan ia sudah sabar menjauhi maksiat, sebab tidak mampu menahan dirinya untuk tidak berbuat maksiat.

Jadi, ungkapan "Sabar itu ada batasnya." Adalah ungkapan yang salah, sama sekali tidak tepat serta bertentangan dengan makna sabar baik secara bahasa ataupun menurut istilah syariat.

Sabar memiliki pahala yang tidak terbatas di sisi Allah, makanya sabar juga tidak ada batasnya.


Oleh : Erwin Dwi Febrianto (Santri 2020)
Editor : Yunus & Bilqiest

Senin, 10 Agustus 2020

Agustus 10, 2020

Perkara Maaf dan Memaafkan

 

Maaf ya... maafin aku... aku minta maaf karena aku....

Kata yang cukup sederhana, mudah diucapkan tapi sulit dipraktikkan.

Kenapa hal itu bisa terjadi?. Terkadang kita memasang ego dan gengsi yang terlalu tinggi. Apalagi perkara meminta maaf.

Ibarat kata yang salah siapa dia yang harus minta maaf duluan. Padahal ya, semua orang terkadang selalu merasa dirinya benar namun belum tentu seperti itu. Mungkin dia benar disatu hal tapi hal lainnya bisa saja dia melakukan kesalahan. rumit juga ya.

Lalu sebaiknya bagaimana nih?

Sekarang begini saja, mari kita sama-sama introspeksi diri kita. Dalam kehidupan sehari-hari tentunya kita banyak berinteraksi dengan orang lain entah itu berupa perkataan atau perbuatan. Diantara puluhan, ratusan bahkan ribuan kata dan perbuatan yang telah kita tujukan untuk orang lain apakah mungkin tidak ada kesalahan atau ketidaksengajaan kita yang membuat mereka sakit hati?. Rasanya sangat mustahil. Apalagi kita sebagai manusia yang memang pasti melakukan kesalahan dan dosa, baik itu dosa terhadap sang pencipta maupun dosa kepada sesama. Sebagaimana hadist dari nabi:

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

Seluruh anak Adam itu bersalah, dan sebaik-baik yang bersalah adalah mereka yang senantiasa bertaubat.”

 

Kalau suatu waktu kita merasa gengsi untuk meminta maaf terlebih dahulu, maka boleh dicoba untuk memikirkan analogi diatas. Minta maaf bukanlah suatu yang rendah atau hina, namun permintaan maaf adalah hal yang mulia dan suatu perbuatan yang menunjukkan kelapangan dan kerendahan hati. Jelas sekali merupakan hal yang bernilai tinggi.

 

Kalau meminta maaf adalah hal yang mulia maka memaafkan juga memiliki nilai yang setara. Minta maaf dan memaafkan adalah dua hal yang saling berkaitan dan tak dapat dipisahkan. “Memaafkan harus dilakukan meskipun itu adalah hal yang sangat sulit bagi kita” pernyataan tersebut masih menjadi pro dan kontra dalam kehidupan bersosial. Namun harus disadari juga, memaafkan sebuah kesalahan tidaklah sama dengan melupakan semua kejadian masa lalu yang mana juga ada kekecewaan didalamnya. Tentu saja hal itu berbeda, namun kita juga harus berusaha untuk ikhlas dan berdamai dengan semua itu. Walau sulit untuk dilakukan, tapi kita harus yakin dan selalu berusaha. Sabar, pelan-pelan, sekalipun emosi masih saja menghampiri, membenci orang lain apalagi menyimpan dendam tidak akan membuatmu tenang dan bisa melanjutkan hidup tanpa beban. Solusinya ya memang kita harus memaksa diri kita untuk memaafkan orang lain, berdamai dengan ego. 

 

Memaafkan juga dapat membuat kita bersyukur, karena itu berarti kita masih diberi oleh Allah kelapangan hati untuk bisa memaafkan orang lain. Allah saja Maha Pengampun dan Menerima Taubat bagi hamba-hambanya yang berbuat dosa kemudian mau bertobat. Lalu siapa diri kita sehingga sulit untuk memaafkan kesalahan orang lain yang mau mengakui kesalahan dan meminta maaf. Bukankah seharusnya kita malu?.

Surat Ali 'Imran Ayat 133

۞ وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,

Surat Ali 'Imran Ayat 134

لَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Nah tuh, sudah jelas bukan kalau Allah akan mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan termasuk orang yang mau memaafkan kesalahan orang lain?

 

Gimana? Sudah siap untuk berdamai dengan semua itu?

Mulailah untuk menerima semua yang sudah terjadi dalam hidup kita. Jadikan semua itu sebagai nasihat juga pelajaran bagi kita untuk meneruskan hidup dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Maafkan semua kesalahan diri sendiri, orang lain dan ikhlaskan semua itu menjadi bagian dari lika-liku indah kehidupan yang memang telah Allah qodarkan untuk kita.

Semangat berproses teman-teman, hidup memang tidak mudah. Perlu jatuh, sakit, dan terluka tapi jangan berlama-lama. Bangkit dan buktikan bahwa kamu mampu untuk melewati ujian demi sampai pada tingginya derajat yang telah Allah siapkan.

Semoga bermanfaat :)

 

Rabu, 22 April 2020

April 22, 2020

Menyambut Bulan Ramadhan



Sebentar lagi kita akan menjumpai bulan suci Ramadhan. Bulan penuh rahmat telah yang dinanti-nanti oleh seluruh umat muslim di penjuru dunia. Lalu sudah sampai manakah persiapan kita dalam menyambut bulan Ramadhan ini? Alangkah baiknya persiapan tersebut dilakukan jauh-jauh hari.
Ada tiga tips yang perlu dipersiapkan untuk menyambut bulan Ramadhan, yaitu:
1. Persiapan jiwa, akal, harta dan jasmani.
Persiapan jiwa diperlukan agar kita memiliki kesiapan mental untuk menjalankan ibadah Ramadhan hingga kita senang melaksanakannya. Persiapan yang bersifat spiritual atau ma’nawi ini bisa dilakukan dengan mulai meningkatkan amal ibadah menjelang Ramadhan, seperti membayar hutang puasa bagi yang berhutang pada tahun lalu, memperbanyak puasa sunnah, membaca Al-Qur’an, berdoa, berdzikir, memohon maaf atas kesalahan yang selama ini kita lakukan dan lain-lain.
Persiapan akal dapat dilakukan dengan mendalami ilmu, khususnya ilmu yang berkaitan dengan ibadah Ramadhan. Lebih khusus lagi ilmu yang terkait dengan puasa, agar memiliki wawasan yang benar tentang ibadah di bulan Ramadhan. Belajar memaknai hikmah-hikmah yang terkandung di dalam bulan Ramadhan. Tema-tema perlu disusun dengan baik, hingga nantinya ketika menjalani ibadah Ramadhan dapat melakukannya dengan optimal dan dapat meraih hasil yang maksimal.
Persiapan harta atau Maliyah ini bisa dilakukan dengan menabung sebagian harta kita sebagai bekal berinfaq selama Ramadhan. Sehingga harta kita dapat disalurkan untuk memberi takjil, buka sahur bersama, menunaikan zakat fitrah dan shadaqah lain yang bermanfaat.
Persiapan jasmani dapat dilakukan dengan menjaga kesehatan, diantaranya dengan cara berolahraga, menjaga kebersihan rumah maupun lingkungan, dan hanya mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal, sehat serta menyehatkan. Ini penting karena rangkaian ibadah yang telah terformat selama Ramadhan hanya akan bisa dilaksanakan dengan optimal oleh orang yang memiliki kesehatan prima. Persiapan jasadiyah ini dengan selalu menjaga dan meningkatkan kesehatannya serta persiapan aktivitas pendukung suksesnya ibadah Ramadhan dengan berbagai aktivitas ibadah yang bermanfaat seperti pesantren Ramadhan, pengajian, dan kegiatan lain yang positif dan mengandung pahala.
2. Melaksanakan apa yang sudah kita siapkan dan canangkan
Persiapan matang membantu kita untuk bisa beribadah dengan khusyuk dan runut. Ibadah puasa misalnya, bisa kita laksanakan dengan sebaik-baiknya, baik dari sisi ilmu, nilai-nilai akhlak di dalamnya maupun aktivitas pendukungnya. Dalam hal ini, Lima Sukses Ramadhan yakni puasa, tadarus Al Quran, shalat tarawih, lailatul qadar, dan zakat fitrah menjadi misi yang harus kita raih selama Ramadhan.
3. Melanjutkan keberhasilan ibadah Ramadhan
Menindaklanjuti keberhasilan ibadah Ramadhan bisa dilakukan dengan sikap, perilaku yang lebih syar’i dan meningkatkan kegiatan ibadah yang lebih baik sesudah Ramadhan berakhir. Dengan demikian ibadah Ramadhan memberi dampak dan pengaruh yang positif, tidak hanya bagi individu tapi juga bagi keluarga dan masyarakat di sekitar kita.
Semoga Ramadhan yang kita jelang ini, dapat membuktikan keberhasilan ibadah kita selama Ramadhan melalui peningkatan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Penulis: Imam Pujiarto
Editor : Andik Kurniawan Santoso

Sabtu, 11 April 2020

April 11, 2020

HIKMAH MENDENGARKAN NASEHAT

Pernah suatu malam saya mendengarkan nasehat dari dewan guru saya di pondok. Dalam setiap nasehat yang beliau sampaikan banyak bagian dimana saya merasa tertampar sebagai makhluk kecil yang sudah diciptakan oleh Allah SWT. Saya merasa selama saya hidup, saya banyak mengumpulkan dosa dari pada berbuat amalan yang dapat mendatangkan pahala. Jelas secara pribadi saya merasa tersindir. Seperti yang saya katakan, saya merasa tertampar dengan isi nasehat yang beliau sampaikan. Tidak ada tamparan yang tidak meninggalkan luka dan lara. Begitu juga hati saya, sedikit tercubit karena kata-katanya dirasa sangat tepat sasaran pada saya.


Setelah saya mendengarkan nasehat beliau, saya tidak bisa untuk tidak berpikir dan merenung. Saya merenung sepanjang malam, banyak pro dan kontra yang terjadi dalam hati dan pikiran saya. Banyak penyangkalan yang saya lakukan terhadap diri saya padahal sudah jelas saya berada di posisi yang salah. Dewan guru yang menyampaikan nasehat dan saya yang banyak tersindir oleh isi nasehatnya. Topik yang simple, tapi bisa membuat saya tidak bisa tidur sepanjang malam. Hingga saya sampai pada sebuat pemikiran Dewan guru yang menyampaikan nasehat tidaklah pantas dan tidak patut untuk saya benci karena saya merasa tersindir. Apa yang beliau sampaikan adalah untuk semua santri di pondok, bukan semata-mata untuk saya. Kebetulan saja saya banyak tersindir karena memang saya seperti itu.


Dan setelah saya mengamati beberapa teman saya, ada yang seperti saya ada juga yang baik-baik saja. Mereka baik-baik saja tidak merasa tersindir dan membuat berbagai penyangkalan seperti yang sempat saya lakukan. Nasehat tersebut memang ditujukan untuk semua santri karena memang isi nasehatnya baik dan benar, juga sebagai pengingat apabila salah agar segera bertaubat.


Penyangkalan yang banyak dibuat sebagai hasil dari sakit hati karena tersindir isi nasehat dari dewan guru, banyak mendatangkan alasan bahwa dosa-dosa yang banyak dikerjakan adalah akibat dari permasalahan yang menimpa kehidupan.
Dengan adanya masalah yang datang menjadikan perbuatan salah sebagai pelampiasan.
Ironi sekali.
Padahal, saya pernah membaca tulisan teman saya dalam blog pondok saya.
Bahwa masalah yang datang di kehidupan adalah jalan bagi kita agar tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berkualitas, juga Allah menghadirkan masalah pada hidup kita sebagai sarana pengangkatan derajat kita nanti di akhirat. Bukankah sebuah kasih sayang dari Allah yang tidak kita sadari kan?
Jika kita lari dari masalah, maka kita lari dari kasih sayang Allah.


Kita diberikan cobaan masalah dalam hidup harusnya menjadikan kita semakin mendekat pada Allah, semakin memperbanyak amalan yang mendatangkan pahala, dan semakin rajin meminta pertolongan-Nya.
Bukan dengan terus menjalankan perbuatan-perbuatan dosa dengan alibi sebagai pelarian karena didatangkan masalah dalam hidup kita.
Semua penyangkalan yang pernah saya lakukan pada diri saya sendiri, jika saya cermati lagi sangatlah tidak logis dan tidak realistis. Penyangkalan yang tidak beralasan dan tidak pantas untuk dibenarkan.
Betapa bodohnya saya selama ini pernah berpikir seperti itu.


Setelah semua renungan panjang saya, saya kembali pada keadaan dimana seharusnya saya bersyukur berada disini (re: pondok).
Banyak manusia-manusia dengan kehidupan super sibuk dan berbagai macam masalah yang berbeda tetapi masih peduli dengan sesama, masih mau mengingatkan jika kita sudah tidak dijalur-Nya, memberi nasehat yang bahkan terkadang tidak kita minta. Semata-mata semua itu hanya untuk menyelamatkan kita nanti di kehidupan selanjutnya, agar kita bisa masuk surga dan selamat dari neraka.
Kita memang pendosa, bahkan kita yang pendosa Allah masih mau memberikan pintu maaf untuk kita, masih bisa memberikan kesempatan kita untuk bertobat dan kembali lagi ke jalan-Nya.

Saya pernah diberikan gambaran.
Seperti halnya kita punya luka dikaki yang masih belum kering, lalu kita bermain air di pantai dan seketika itu juga kita merasakan sakit dan perih, tapi hanya pada bagian luka saja, sedangkan tubuh lain yang tidak terluka tidak sakit dan perih bila terkena air laut.

Atau saat kita memberi obat merah pada luka, bagian luka pasti merasakan sakit, adapun bagian tubuh lain disekitar luka tentu juga sedikit terkena obat merah, tapi apakah mereka (re : bagian tubuh disekitar luka) juga merasakan sakit, tidak bukan?
Tapi apa yang terjadi setelah itu?
Luka kita sedikit demi sedikit bisa sembuh.
Tapi jika kita masih bermain dan kemudian terjatuh hingga kita terluka lagi maka kita akan sakit lagi.
Lalu apa yang harusnya kita lakukan setelah luka itu sembuh? Ya berhenti untuk bermain dan terjatuh. Dalam case ini adalah berhenti untuk berbuat pelanggaran yang akan mendatangkan dosa.

Begitu juga dengan nasehat, meskipun menyakitkan hati, terasa pahit, tapi harusnya membuat kita sadar dan kita bisa memperbaiki kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa yang telah kita perbuat.
Seharusnya juga kita bisa sadar bahwa apa yang selama ini kita lakukan adalah sebuah kesalahan dan sudah waktunya untuk berhenti dan tidak mengerjakan lagi.

Kita belum terlambat jadi sudahi semua dosa-dosa, mari bersama memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi, dan menjadi manusia dengan sifat-sifat penghuni surga.

Tetap semangat mencari ilmu kawan, jangan pernah untuk merasa cukup dan benar.
Mari bersama untuk belajar dan mengamalkan ilmu-ilmu yang sudah kita dapatkan, agar ilmu yang kita punya bisa menjadi ilmu hikmah.