News

Sabtu, 11 April 2020

HIKMAH MENDENGARKAN NASEHAT

Pernah suatu malam saya mendengarkan nasehat dari dewan guru saya di pondok. Dalam setiap nasehat yang beliau sampaikan banyak bagian dimana saya merasa tertampar sebagai makhluk kecil yang sudah diciptakan oleh Allah SWT. Saya merasa selama saya hidup, saya banyak mengumpulkan dosa dari pada berbuat amalan yang dapat mendatangkan pahala. Jelas secara pribadi saya merasa tersindir. Seperti yang saya katakan, saya merasa tertampar dengan isi nasehat yang beliau sampaikan. Tidak ada tamparan yang tidak meninggalkan luka dan lara. Begitu juga hati saya, sedikit tercubit karena kata-katanya dirasa sangat tepat sasaran pada saya.


Setelah saya mendengarkan nasehat beliau, saya tidak bisa untuk tidak berpikir dan merenung. Saya merenung sepanjang malam, banyak pro dan kontra yang terjadi dalam hati dan pikiran saya. Banyak penyangkalan yang saya lakukan terhadap diri saya padahal sudah jelas saya berada di posisi yang salah. Dewan guru yang menyampaikan nasehat dan saya yang banyak tersindir oleh isi nasehatnya. Topik yang simple, tapi bisa membuat saya tidak bisa tidur sepanjang malam. Hingga saya sampai pada sebuat pemikiran Dewan guru yang menyampaikan nasehat tidaklah pantas dan tidak patut untuk saya benci karena saya merasa tersindir. Apa yang beliau sampaikan adalah untuk semua santri di pondok, bukan semata-mata untuk saya. Kebetulan saja saya banyak tersindir karena memang saya seperti itu.


Dan setelah saya mengamati beberapa teman saya, ada yang seperti saya ada juga yang baik-baik saja. Mereka baik-baik saja tidak merasa tersindir dan membuat berbagai penyangkalan seperti yang sempat saya lakukan. Nasehat tersebut memang ditujukan untuk semua santri karena memang isi nasehatnya baik dan benar, juga sebagai pengingat apabila salah agar segera bertaubat.


Penyangkalan yang banyak dibuat sebagai hasil dari sakit hati karena tersindir isi nasehat dari dewan guru, banyak mendatangkan alasan bahwa dosa-dosa yang banyak dikerjakan adalah akibat dari permasalahan yang menimpa kehidupan.
Dengan adanya masalah yang datang menjadikan perbuatan salah sebagai pelampiasan.
Ironi sekali.
Padahal, saya pernah membaca tulisan teman saya dalam blog pondok saya.
Bahwa masalah yang datang di kehidupan adalah jalan bagi kita agar tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berkualitas, juga Allah menghadirkan masalah pada hidup kita sebagai sarana pengangkatan derajat kita nanti di akhirat. Bukankah sebuah kasih sayang dari Allah yang tidak kita sadari kan?
Jika kita lari dari masalah, maka kita lari dari kasih sayang Allah.


Kita diberikan cobaan masalah dalam hidup harusnya menjadikan kita semakin mendekat pada Allah, semakin memperbanyak amalan yang mendatangkan pahala, dan semakin rajin meminta pertolongan-Nya.
Bukan dengan terus menjalankan perbuatan-perbuatan dosa dengan alibi sebagai pelarian karena didatangkan masalah dalam hidup kita.
Semua penyangkalan yang pernah saya lakukan pada diri saya sendiri, jika saya cermati lagi sangatlah tidak logis dan tidak realistis. Penyangkalan yang tidak beralasan dan tidak pantas untuk dibenarkan.
Betapa bodohnya saya selama ini pernah berpikir seperti itu.


Setelah semua renungan panjang saya, saya kembali pada keadaan dimana seharusnya saya bersyukur berada disini (re: pondok).
Banyak manusia-manusia dengan kehidupan super sibuk dan berbagai macam masalah yang berbeda tetapi masih peduli dengan sesama, masih mau mengingatkan jika kita sudah tidak dijalur-Nya, memberi nasehat yang bahkan terkadang tidak kita minta. Semata-mata semua itu hanya untuk menyelamatkan kita nanti di kehidupan selanjutnya, agar kita bisa masuk surga dan selamat dari neraka.
Kita memang pendosa, bahkan kita yang pendosa Allah masih mau memberikan pintu maaf untuk kita, masih bisa memberikan kesempatan kita untuk bertobat dan kembali lagi ke jalan-Nya.

Saya pernah diberikan gambaran.
Seperti halnya kita punya luka dikaki yang masih belum kering, lalu kita bermain air di pantai dan seketika itu juga kita merasakan sakit dan perih, tapi hanya pada bagian luka saja, sedangkan tubuh lain yang tidak terluka tidak sakit dan perih bila terkena air laut.

Atau saat kita memberi obat merah pada luka, bagian luka pasti merasakan sakit, adapun bagian tubuh lain disekitar luka tentu juga sedikit terkena obat merah, tapi apakah mereka (re : bagian tubuh disekitar luka) juga merasakan sakit, tidak bukan?
Tapi apa yang terjadi setelah itu?
Luka kita sedikit demi sedikit bisa sembuh.
Tapi jika kita masih bermain dan kemudian terjatuh hingga kita terluka lagi maka kita akan sakit lagi.
Lalu apa yang harusnya kita lakukan setelah luka itu sembuh? Ya berhenti untuk bermain dan terjatuh. Dalam case ini adalah berhenti untuk berbuat pelanggaran yang akan mendatangkan dosa.

Begitu juga dengan nasehat, meskipun menyakitkan hati, terasa pahit, tapi harusnya membuat kita sadar dan kita bisa memperbaiki kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa yang telah kita perbuat.
Seharusnya juga kita bisa sadar bahwa apa yang selama ini kita lakukan adalah sebuah kesalahan dan sudah waktunya untuk berhenti dan tidak mengerjakan lagi.

Kita belum terlambat jadi sudahi semua dosa-dosa, mari bersama memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi, dan menjadi manusia dengan sifat-sifat penghuni surga.

Tetap semangat mencari ilmu kawan, jangan pernah untuk merasa cukup dan benar.
Mari bersama untuk belajar dan mengamalkan ilmu-ilmu yang sudah kita dapatkan, agar ilmu yang kita punya bisa menjadi ilmu hikmah.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah sebijak mungkin.
Komentar tidak pantas akan di hapus oleh admin.