News

Jumat, 03 Agustus 2018

Pesan Perpisahan Teruntuk Iqlima Syahara Sahabatku

Sumber: Tim Kreatif PPM Khoirul Huda 3

Wahai Iqlima sahabatku, ingat tidak saat kita pertama kali bertemu? Ingat tidak bagaimana kita akhirnya menjadi sahabat? Ah mungkin kita bahkan tidak begitu dengan jelas mengingat awal masa PSB itu. Itu semua hanyalah soal urusan tanggal sebagai penanda waktu. Yang terpenting adalah semua momen yang terjadi sebagai penanda persahabatan kita.
Sudah berapa banyak hari yang kita lewatkan bersama? Sudah berapa banyak tempat yang kita kunjungi bersama? Sudah berapa banyak hal yang kita bahas? Sudah berapa banyak foto yang kita ambil bersama? Dan juga sudah berapa banyak kita berjuang bersama fii sabilillah? Apa kau sempat menghitungnya? Sepertinya, kita tidak pernah ingat pasti. Namun yang jelas semua adalah bagian dari momen yang kita lewati sebagai penanda persahabatan kita.
Kita mungkin dipertemukan hanya sebatas teman sebaya yang sedang sama-sama menuntut ilmu agama. Awalnya kita bahkan tidak tahu kalau Allah sudah menuliskan takdir bahwa kita akan saling bertemu. Awalnya mungkin kita bertemu hanya karena rutinitas di dalam pondok. Karena jadwal pondok yang memang mengharuskan kita bertemu. Namun karena rutinitas dan keharusan itu kita tidak sempat menyadari bahwa akhirnya kita telah menjadi sahabat baik.
Ingatkah kita saling bicara hingga larut malam? Membahas hal yang tidak penting. Membahas diri sendiri, membahas lelucon konyol, bahkan membahas cinta. Masih terkenangkah saat kita tertawa bersama? Tertawa sedari bangun tidur hingga tertidur lagi. Mentertawakan hidup. Mempertahankan level dopamin agar tidak sampai habis. Mencoba untuk tetap bahagia meski ditengah rutinitas padat kuliah dan mondok yang membuat sesak.
Apakah engkau mulai menyadari? Bahwa saat itu semakin dekat. Berhari-hari telah terlewat. Setahun dalam kalender sudah berlalu. Waktu terus berlalu tidak bersedia menunggu. Tapi saat itu tetap semakin dekat. Saat kita akan berpisah.
Bersamamu aku tidak pernah merasa bosan. Bersamamu rasanya jatuh tidak pernah benar-benar menyakitkan. Bersamamu sedihku akan terasa lebih ringan. Bersamamu waktu tersulit akan tetap menyenangkan.
Kini, apakah aku harus mengucapkan selamat tinggal? Ataukah aku bisa mengucapkan sampai jumpa kembali? Perlahan tapi pasti kita harus saling melepaskan. Bolehkah aku berpesan kepadamu? Meskipun kita tidak lagi bersama tetap jaga agamamu.
Alhamdulillahi jaza killahu khoiro telah memegang pundakku saat aku putus asa. Alhamdulillahi jaza killahu khoiro telah merengkuh tanganku disaat aku hampir saja terjatuh.  Bersyukur, meskipun rasanya sejuta ucapan syukur tidak cukup mewakili.
Sebanyak apapun sahabat barumu nanti, ingatlah bahwa aku juga masih sahabatmu dimanapun aku dan kau berada. Berjanjilah padaku untuk tetap menjaga persahabatan kita sejauh apapun masa depan memisahkan kita. Berjanjilah sampai jantung tak sanggup lagi memompa darah ke seluruh tubuh. Karena bersahabat adalah untuk menjadi tua bersama, bukan untuk menjadi sejarah bahwa kita pernah bersama. Berjanjilah bahwa ini bukan hanya sekedar janji yang dapat menyublim menjadi gas karena terpapar oleh waktu.

Selamat berjuang wahai sahabatku dan jangan lupakan kami ya, Iqlima Syahara dari kami sahabat-sahabatmu di PPM Khoirul Huda 3 Surabaya.

8 komentar:

Berkomentarlah sebijak mungkin.
Komentar tidak pantas akan di hapus oleh admin.