News

Minggu, 04 November 2018

Menyikapi Pertolongan Allah




Sedulur, saat sulit sampeyan dan saya menghadap Allah di 1/3 malam. Menengadahkan tangan setinggi-tingginya, bercucuran air mata. Seolah-olah besok langit runtuh dan bumi menghimpit kita. Seperti esok hari keluarga kita tak makan.

Begitu pertolongan itu hadir, jangan tinggalkan Allah dengan berjemur di pantai Hawaii atau Dubai, atau diving di Raja Ampat atau leyeh-leyeh di Labuan Bajo. Justru dengan limpahan harta itu, bangunlah masjid seindah mungkin agar kita kerasan di dalamnya beribadah. Berumrahlah tiap tahun sebagai pelebur dosa dan mensyukuri nikmat. Karena dalam bisnis kita tak pernah sadar bungah-bungah lacut (gembira dalam maksiat) karena ingin menyenangkan mitra bisnis.

Bangunlah pesantren atau jadi donatur tetap, agar kita andil dalam menyebarkan agama Allah dan melahirkan puta putri yang faqih alim, berakhlak mulia, dan mandiri agar Islam menjadi rahmat bagi negeri yang sekuler.

Ingat hidup hanya sekali, urusan dengan Allah di hari pembalasan dan kampung yang kekal itulah yang utama. Ingatlah, di hari akhir semua orang menyesal karena hanya merasa sesiangan hidup di dunia dan hanya memburu yang tak abadi.

Watak kita memang error, diberi satu jurang emas minta dua, diberi tiga minta empat dan pelupa, bahwa selalu ada yang dipertanggungjawabkan: harta, keluarga, dan agama.

(Dinasehati juzz amma, setelah nderes pagi-pagi)

Penulis: LC

2 komentar:

Berkomentarlah sebijak mungkin.
Komentar tidak pantas akan di hapus oleh admin.