Kita sebagai umat islam, mungkin pernah mendengarkan salah satu kutipan ayat didalam Al-quran.
Dalam ayat tersebut Allah berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ.
“Dan Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku,” (QS. Adz Dzariyaat: 56).
Allah menciptakan manusia hidup didunia ini itu untuk beribadah. Mengerjakan ibadah itu terkadang mudah untuk dilakukan asal ada kemauan dan kesadaran untuk menjalankan kewajiban. Akan tetapi ada satu hal yang harus kita perhatikan dalam beribadah kepada Allah. Sebab jika tidak memperhatikan ini, ibadah yang susah payah kita lakukan ternyata ditolak oleh Allah, yaitu menjaga niat beribadah.
Melakukan ibadah rawan disusupi syaiton dengan sifat riya, pamer, ingin dipuji, ingin dikatakan hebat, ahli ibadah dan lain sebagainya. Dikarenakan sifat-sifat tersebut dapat merusak amal ibadah yang dikerjakan.
Salah satu contoh amalan yang bisa rusak karena kita tidak bisa menjaga niat ibadah. Suatu hari mungkin kita pernah membuka media sosial dan melihat sebuah status seseorang yang baru saja mengkhatamkan Al-quran. Di lain waktu beliau juga pernah melihat seseorang yang membuat postingan karena bisa beribadah ke tanah suci (Mekah-Madinah). Seolah-olah yang diunggah di sosial media merupakan wujud rasa syukur, tapi (tanpa disadari) disitu disusupi oleh rasa ingin disanjung, ingin dilihat hebat. Jangan sampai hati kita salah niat. Jangan sampai ibadah kita tersusupi dengan niat-niat yang tidak karena Allah.
Dalam sebuah hadist, Rasulullah shallallahu alaihi wa salam, bersabda:
إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam kasus lain termaksud diantaranya mengajarkan ilmu tapi niat untuk mendapatkan pangkat, jabatan, kedudukan ingin dilihat hebat dan dikatakan orang yang faham agama. Mencari dunia dengan agama, sehingga berani menerobos batas-batas aturan agama. Naudzubillahi min dzalik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah sebijak mungkin.
Komentar tidak pantas akan di hapus oleh admin.